Study Tour Diduga Keras Menjadi Komoditi Oknum Di Sekolah

Study Tour Diduga Keras Menjadi Komoditi Oknum Di Sekolah

Selasa, 22 Oktober 2019, 11:18:00 PM
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, DR. Inayatullah, MPd

Bekasi Kota POSPUBLIK.CO.ID - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran (TA) 2019-2020 baru saja berlalu dengan segala hiruk pikuknya. Mulai dari upaya orangtua untuk menyekolahkan putra/i mereka masuk ke sekolah Negeri yang persaingannya cukup tinggi, pembiayaan diawal tahun ajaran juga menjadi keluhan hampir setiap orangtua siswa/i.

Keluhan tersebut masih membekas, kini para orangtua kembali dicemaskan dengan program sekolah mengadakan study tour bagi siswa/i Kls-7 yang akan menguras kocek mereka (orangtua-Red). Angka Rp.550.000,- per siswa untuk study tour ini menurut orangtua yang enggan disebut namanya cukup memberatkan.

Menurut mereka (orangtua siswa/i-Red), biaya diawal tahun ajaran untuk kelengkapan sekolah berupa baju seragam, seperti: baju batik, baju Muslim bagi yang beragama Muslim, celana putih, sepatu, seragam Biru putih, dan seragam Baju pramuka berikut atribut lainnya telah menguras kantong kurang lebih Rp.2,5 juta.
Biaya kelengkapan sekolah ini bagi sebahagian besar orangtua siswa/i sudah cukup membebani biaya hidup. Angka Rp.2,5 juta menurut mereka (ortu-Red), masih menyisahkan hutang, tiba-tiba pihak sekolah kembali membuat program study tour dengan besar pembiayaan sekitar Rp.550.000,- per siswa/i.

"Jujur kami sebenarnya belum siap, tetapi bagi putra/i kami kondisi keuangan keluarga belum mengerti seperti apa. Sehingga ketika program study tour ini disampaikan wali murid, anak-anak taunya ikut. Jika tdk, mereka mengaku malu sama teman-temannya. Kalau anak sudah merengek, tidak boleh tidak selaku orangtua pasti berusaha, bagaimanapun caranya," ujar orangtua yang enggan disebut namanya, yang ditimpali orangtua siswa/i lainnya.

Orangtua siswa/i mengaku sangat menaruh harapan kepada pihak sekolah agar turut mengedukasi anak-anak mereka tentang posisi orangtua dalam konteks pembiayaan yang dibebankan kepada mereka, sehingga anak-anak mereka memahami tingkat kesulitan orangtua. Jangan malah terkesan memperalat anak memuluskan program yang urgensinya tidak terlalu mendesak.

Ketika keluhan ini dikonfirmasi kepa Kepala Dinas Pendidikan, DR. Inayatullah MPd, dia mengatakan program study tour bisa dilakukan subsidi silang bilamana ada orangtua yang tidak mampu. Ditantanya urgensi study tour SMP Kls-7 yang pembiayaannya dikeluhkan orangtua tersebut, Inayatullah hanya bisa menyebut pasti ada urgensinya.

"Pasti ada urgensinya, anda kesini kan ada urgensinyakan", ujar Inayatullah balik bertanya Selada (22/10) di ruang kerjanya.

Ditanya mengenai besaran biaya study tour ini, Menurut Kadisdik Kota Bekasi ini sudah terlebih dahulu dimusyawarahkan Komite sekolah dengan orangtua siswa/i. 

"Item pembiayaan dan jadwal kegiatan sudah terlebih dahulu disiapkan pihak sekolah. Saat rapat disampaikan kepada orangtua siswa/i, semua setuju, tidak ada yang keberatan," ujarnya seraya menyebut, kalau ada orangtua yang keberatan mustinya disampaikan dalam rapat.

Inayatullah menyebut, jika ada orangtua yang keberatan karena tidak mampu biayanya, jangan malu mengaku terus terang. Jangan dibelakang cuap-cuap kepada wartawan, langsung disampaikan kepanitia disekolah. "Kalau orangtua terus terang, pihak sekolah akan berusaha melakukan subsidi silang," ujarnya.

Masalahnya, sejumlah orangtua siswa/i mengaku belum terbebas dari hutang ketika awal tahun ajaran untuk membeli baju seragam dan buku mata pelajaran yang nilainya hampir Rp.2,5 juta, tiba-tiba adalagi program stady tour, mengapa tidak diperpanjang dulu sper waktunya, tanya koran ini, DR. Inayatullah MPd menyebut agar orantua siswa/i yang tidak mampu berterusterang supaya bisa diupayakan subsidi silang. (Mars)




TerPopuler